Site blog

Anyone in the world

AKSI NYATA MODUL 1.4 

BUDAYA POSITIF



STRATEGI PENANAMAN BUDAYA POSITIF DISIPLIN
DI LINGKUNGAN SEKOLAH


Oleh :
Fitri Wardani, S.Si., M.Pd
SMKN 1 Mondokan Sragen, Jl. Raya Mondokan Sragen, Indonesia

aksi 2
aksi 3
aksi 1

A.  PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu aspek penting bagi manusia, pendidikan bukan hanya sekedar transformasi ilmu dari guru ke murid, tetapi pendidikan adalah wadah dalam membentuk karakter atau kepribadian peserta didik (Fandi & Haryanto, 2010). Oleh sebab itu pendidikan adalah proses yang berkesinambungan. Adapun pendidikan mempunyai tujuan yang akan memberikan arah dalam proses pendidikan dan tujuan tersebut dipaparkan dalam Undang undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 Ayat 3 yang menyatakan bahwa (Departemen Pendidikan Nasional, 2010): ”Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia sehat berilmu cakap kreatif dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Kualitas pendidikan di Indonesia senantiasa ditingkatkan oleh pemerintah, salah satunya melalui pembelajaran yang menekankan pada pembentukan karakter. Pembentukan karakter yang dimaksud ialah membentuk manusia yang baik (being good) dan manusia yang cerdas (being smart). Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2016 membentuk Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang merupakan program kelanjutan dan kesinambungan dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa Tahun 2010. Pendidikan karakter menjadi salah satu sarana untuk menginternalisasikan nilai-nilai yang ada dan berkembang dalam kehidupan nyata. Nilai-nilai yang dikembangkan diharapkan membentuk kebiasaan dalam wujud sikap yang konsisten.

Program PPK memiliki lima nilai karakter utama dengan subnilai masing- masing yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK meliputi nilai gotong royong, nasionalis, nilai religius, nilai mandiri, dan nilai integritas. Nilai-nilai utama yang terdiri dari lima nilai karakter tersebut bukanlah nilai yang terpisah akan tetapi nilai tersebut berinteraksi dan berkembang satu sama lain secara dinamis dan membentuk secara utuh kepribadian seseorang. Kelima nilai utama karakter dalam program PKK tersebut memiliki subnilai masing-masing yang berinteraksi dan memberikan kontribusi yang berbeda- beda yang dijadikan prioritas. Salah satu subnilai yang dikembangkan melalui program PPK ialah disiplin yang merupakan subnilai dari nilai mandiri (Kemendikbud, 2016).

Sikap disiplin merupakan hal penting dan utama dalam membentuk karakter seseorang. Berbekal nilai karakter sikap disiplin maka akan mendorong terbentuknya nilai karakter yang baik lainnyaseperti tanggung jawab, kerjasama, kejujuran, peduli sosial, dan sebagainya. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Lickona (Lickona, 2012) bahwa pembentukan nilai disiplin yang baik akan membentuk nilai-nilai baik lainnya. Sikap disiplin adalah salah satu faktor yang paling efektif dalam proses belajar. Tujuan utama dari sikap disiplin adalah untuk menciptakan lingkungan pendidikan dan kesempatan untuk proses pembelajaran. Sikap disiplin dalam proses pembelajaran sebagai alat untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang mengarah pada pertumbuhan siswa dan kemajuan dalam setiap dimensi (Ghorbani, 2013). Pembentukan siswa yang disiplin merupakan salah satu rumusan dari tujuan sekolah, mengingat bahwa tujuan sekolah merupakan turunan dari tujuan nasional yang mengharapkan pembentukan siswa berkarakter secara utuh. Pembentukan karakter dalam hal ini sikap disiplin menjadi tanggung jawab setiap mata pelajaran yang ada di sekolah.

Permasalahan yang terjadi saat ini dalam dunia pendidikan, salah satunya masih terdapat kasus siswa yang melanggar tata tertib sekolah, menggunakan narkoba dan obat terlarang, tawuran, dan adanya pertemanan kelompok teman sebaya yang sering menunjukkan tindakan kekerasan. Komisi Nasional Perlindungan Anak dan Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan hasil survei bahwa di Indonesia remaja usia SMP dan SMA sebanyak 63% sudah melakukan hubungan seks di luar nikah dan pengguna narkotika di Indonesia sebanyak 22% dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Memperkuat hasil survei di atas maka di awal 2017, LSM Plan Internationall and International Center for Research on Womenn (ICRW) menunjukkan fakta bahwa masih tingginya kasus kekerasan anak di sekolah yang mencapai persentase 84% anak di Indonesia mengalami kekerasan. Angka tersebut menunjukkan bahwa kasus kekerasan tersebut lebih tinggi dari rata-rata yang terjadi di kawasan Asia yakni 70% (Liputan 6.com, diakses 12 Januari 2021). Pendapat Ginanjar (Ginanjar, 2008) juga menguatkan hasil survei bahwa ada tujuh krisis moral di masyarakat Indonesia, yaitu 1) rendahnya kejujuran; 2) rendahnya tanggung jawab; 3) tidak berpikir jauh ke depan; 4) rendahnya disiplin; 5) rendahnya kebersamaan; 6) keadilan yang belum terwujud; dan 7) krisis kepedulian. Fenomena tersebut memperlihatkan mulai terjadi degradasi moral di kalangan remaja, yang mengindikasikan bahwa pentingnya sikap disiplin untuk diintegrasikan dalam pembelajaran di sekolah karena salah satu indikator keberhasilan pendidikan adalah tumbuhnya sikap disiplin pada siswa.

Pembentukan disiplin dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor internal (kesadaran,  motivasi  dan  kemauan)  dan faktor eksternal (keluarga, sekolah dan masyarakat). Faktor-faktor tersebut memberikan sumbangsih dan saling bekerjasama dalam membentuk sikap disiplin siswa. Salah satu faktor yang bepngaruh besar terhadap pembentukan sikap disipin siswa adalah budaya sekolah. Budaya sekolah merupakan salah satu faktor eksternal pembentuk perilaku disiplin siswa di sekolah. Budaya sekolah pada hakikatnya membentuk karakter salah satunya ialah disiplin. Upaya membentuk budaya sekolah sangat diperlukan konsensus bersama semua warga sekolah yang ada menjadi norma perilaku pada setiap orang yang berupa nilai, adat istiadat dan kebiasaan baik bersifat positif maupun negatif. Nilai-nilai budaya sekolah yang biasanya dikembangkan ialah kepemimpinan, keteladanan, keramahan, toleransi, disiplin, kerja keras, kepedulian lingkungan, rasa kebangsaan.

B.  BUDAYA DISIPLIN

Besarnya pengaruh budaya sekolah terhadap pembentukan perilaku disiplin menunjukkan bahwa budaya sekolah menjadi komponen penting dalam mencapai tujuan pendidikan karakter. Hal itu diperkuat hasil penelitian Andari (Andari, 2003) dan Hongboontri (Hongboontri & Keawkhong, 2014) bahwa budaya sekolah memberikan pengaruh terhadap pembentukan karakter di sekolah. Salah satu karakter yang berhasil terbentuk ialah perilaku disiplin siswa. Upaya meningkatkan budaya sekolah yang positif maka akan memberikan banyak dampak positif ialah meningkatkan hasil akademik, sosial dan perilaku positif bagi semua siswa. Budaya sekolah yang tidak dibentuk dengan baik tidak akan mendukung pembentukan sikap disiplin siswa. Terdapat beberapa strategi penanaman karakter disiplin melalui budaya sekolah yakni:


1.     Kegiatan Disiplin Ibadah

Strategi penanaman karakter disiplin siswa melalui disiplin bahasa dilakukan dengan cara kegiatan sholat berjamaah secara rutin. Kegiatan ini sebagai langkah pembiasaan dalam berdisiplin melaksanakan sholat lima waktu serta tambahan nilai pelajaran agama di kelas, untuk menanamkan nilai- nilai disiplin beribadah kepada siswa. Kegiatan sholat berjama’ah ini merupakan salah satu cara yang dilakukan pihak sekolah sebagai pembinaan disiplin beribadah. Sekolah sangat berharap bahwa kegiatan tersebut akan membantu bidang studi pendidikan agama Islam dalam rangka membentuk para siswa berkepribadian muslim yang ta’at dalam melaksanakan ibadah terutama sholat lima waktu.

2.     Kegiatan Disiplin Belajar

Strategi penanaman karakter disiplin siswa melalui disiplin belajar dapat dilakukan dengan cara pembuatan jadwal belajar mandiri secara terstruktur. Disiplin belajar merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan secara sadar sesuai dengan aturan-aturan, terukur dan teratur dengan penuh tanggung jawab tanpa adanya faktor paksaan dari siapapun (Wahid et al., 2021). Disiplin belajar sangat butuh untuk lebih diperhatikan karena sikap disiplin akan lebih mudah mengatur dirinya baik dari segi apapun sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Disiplin belajar bisa dilihat dari karakteristik atau ciri yang dimiliki oleh seseorang atas kesadaran dalam dirinya untuk belajar dengan sebaik mungkin yang disertai oleh kepatuhan, ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib. Karasteristik disiplin mencakup ketaatan, partisipasi yang penuh, kesopanan, dan kesetiaan (Tohet et al., 2021). Disiplin sebagai kontribusi dapat mengatur waktu belajar di rumah, belajar dengan tekun dan teratur, fokus dalam belajar dan ketertiban diri saat belajar (Bali et al., 2021). Penanaman disiplin belajar sangatlah penting karena disiplin belajar merupakan salah satu kunci kesuksesan yang dapat mewujudkan suasana belajar menjadi kondusif dan optimal (Sari & Hadijah, 2017). Ketika disiplin belajar peserta didik diterapkan dan dapat di kembangkan secara tepat, konsisten, serta konsekuen maka akan berdampak positif bagi kehidupan dan kepribadian peserta didik (Wardani, 2015). Dengan demikian bagi pendidik yang merupakan manajer kelas dituntut untuk lebih terampil dalam memeperhatikan dan menanamkan disiplin belajar yang baik terhadap peserta didiknya.

3.Kegiatan Disiplin Membuang dan Memilah Sampah

Pada kegiatan ini siswa di berikan tempat sampah yang terbedakan antara sampah organik dan an organik. Mereka diwajibkan untuk membuang sampah sesuai dengan jenis sampah tersebut. Sampah organik selanjutnya diolah melalui proses komposting menjadi pupuk kompos. Sedangkan sampah an organik seperti plastik di daur ulang untuk dimanfaatkan sebagai bahan daur ulang pelapis mebeler. 

Upaya penanaman disiplin kepada siswa melalui kegiatan disiplin ibadah dan disiplin belajar, serta disiplin membuang dan mengolah sampah membutuhkan penggunaan strategi atau metode dan pendekatan yang tepat mengingat bahwa peserta didik beragam jenis dan sifatnya. Beberapa strategi atau metode khusus yang digunakan oleh guru dalam membiasakan budaya disiplin adalah sebagai berikut:

  1. Metode Ceramah, suatu cara penyampaian bahan pengajaran secara lisan oleh guru dalam kelas atau kelompok. Dalam penggunaan metode ceramah ini peranan guru lebih dominan karena disini guru lebih aktif dan siswa tampak aktif mendengarkan secara cermat serta membuat catatan tentang pokok masalah yang diterangkan oleh guru. Meski metode ini lebih banyak menuntut keaktifan guru daripada anak didik, tetapi metode ini tetap tidak bisa di tinggalkan begitu saja dalam kegiatan pengajaran.
  2. Metode latihan, suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan- kebiasaan tertentu. Juga sebagai saranan untuk memelihara kebiasaan yang baik. 63 Metode latihan sebagai salah satu metode interaksi edukatif dalam pendidikan dan pengajaran dilaksanakan dengan jalan melatih peserta didik terhadap bahan- bahan pelajaran yang diberikan. Penggunaan metode ini biasanya pada bahan-bahan pelajaran yang bersifat motoris dan keterampilan. Metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan. Dengan melakukan latihan berkalikali, terus menerus, secara tertib dan teratur pengetahuan dan pemahaman dapat diperoleh dan disempurnakan oleh peserta didik.
  3. Metode Keteladanan, Pendidikan dengan keteladanan adalah suatu  metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan contoh teladan yang baik kepada anak agar ditiru dan dilaksanakan. Pendidikan secara amaliah (praktek nyata) memiliki dampak sangat dalam dan berpengaruh besar daripada mendidik secara teoritis. Artinya, seorang guru harus memberikan contoh dengan sikap, perbuatan dan panutan yang baik bagi peserta didiknya. Sesungguhnya anak-anak dan para remaja lebih cepat mengerti dan sadar diri bila saja mereka diberi contoh teladan yang baik, bukan hanya sekedar nasihat-nasihat dan perintah-perintah.
  4. Metode Pembiasaan, perbuatan yang sering diulang-ulang melakukannya. Dengan membiasakan    dan mengulangulang perbuatan yang baik yang senantiasa diajarkan kepada anak sehingga akan membekas pada diri anak. Bagi anak pembiasaan ini sangat penting karena dengan pembiasaan itulah akhirnya suatu aktivitas akan menjadi milik anak di kemudian hari. Pembiasaan yang baik akan membentuk manusia yang berkepribadian yang baik pula.
  5. Metode nasehat, Pendidikan dengan nasehat ini dilakukan dengan cara menyeru kepada anak untuk melaksanakan kebaikan atau menegurnya bila melakukan kesalahan. Metode ini termasuk metode yang cukup berhasil dalam pembentukan akidah anak dan mempersiapkannya baik secara moral, emosional maupun sosial. Nasehat dan petuah memiliki pengaruh cukup besar dalam membuka mata anak-anak kesadaran akan hakikat sesuatu, mendorong mereka menuju harkat dan martabat yang luhur, menghiasinya dengan akhlak mulia.
  6. Metode demonstrasi, Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau menunjukkan kepada siswa suatu peroses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya, tiruan, yang disertai penjelasan lisan.67F 68 Metode demonstrasi juga dikatakan sebagai metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu. Metode ini dalam penyampaian materi guru mengggunakan peragaan untuk memperjelaskan suatu pengertian atau memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada peserta didik.

C.   KESIMPULAN

Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan turut berkontribusi dalam mengenalkan, menumbuhkan, memelihara dan meningkatkan nilai-nilai disiplin peserta didik. Penanaman nilai-nilai disiplin peserta didik dapat dilakukan melalui pembiasaan budaya positif melalui kegiatan disiplin disiplin ibadah dan disiplin belajar, dan disiplin membuang sampah. Guru memiliki peran andil yang besar dalam menumbuhkan sikap disiplin melalui pembiasaan budaya positif. Oleh karena itu guru perlu menentukan strategi yang tepat dalam membiasakan budaya positif sesuai dengan karakter peserta didik. Terdapat beberapa strategi atau metode khusus yang digunakan oleh guru dalam membiasakan budaya disiplin yaitu metode ceramah, latihan, keteladanan, pembiasaan nasihat dan demonstrasi. Pembiasaan budaya positif dalam menumbuhkan karakter disiplin agar menciptakan karakter yang baik berdasarkan nilai-nilai etika, emosional serta perilaku moral.

 

D.  DAFTAR PUSTAKA

Andari, L. (2003). Pengaruh Budaya Sekolah terhadap Karakter Siswa (Studi di SDN Jumeneng Lor Mlati Sleman). Yogyakarta: UNY.

Bali, M. M. E. I., & Holilah, N. (2021). The Role of Foster Caregivers in the Effectiveness of Online Learning in Pesantren. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 10(1), 339–362

Departemen Pendidikan Nasional. (2010). Undang Undang No 20 tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional.

Fandi, A., & Haryanto. (2010). Desain Pembelajaran yang Demokratis dan Humanis. Ar-Ruzz Media.

Ghorbani, S. (2013). nvestigating the effect of positive discipline on the learning process and its achieving strategies with focusing on the students’ abilities. International of Academic Research in Business and Social Science, 1(1), 305–314.

Ginanjar, A. (2008). Pembentukan habit menerapkan nilai-nilai religius, sosial dan akademik. Yogyakarta: UNY.

Hongboontri, C., & Keawkhong, N. (2014). School Culture: teachers’ Beliefs, Behaviors, and Instructional Practices. Australian Journal of Teacher Education, 39(5), 1–12.

Kemendikbud. (2016). Pedoman Penguatan Karakter. Jakarta: Kemendikbud.

Lickona, T. (2012). Character matters (persoalan karakter). Jakarta: Bumi Aksara.

Sari, B. P., & Hadijah, H. S. (2017). Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa melalui Manajemen Kelas. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 2(2), 233–241.

Tohet, M., Bali, M. M. E. I., Astuti, D. P. J., Ulfa, A., Maisaroh, S., Ashidqiah, H., Abdullah, D., Hasan, K., Ridwan, T. M., & Erliana, C. I. (2021). Characters Education Based Audiovisual for Children in the Coastal Area. Turkish Online Journal of Qualitative Inquiry (TOJQI), 12(4), 1639–1644.

Wahid, A. H., Bali, M. M. E. I., & Maimuna,

S. (2021). Problematika Pembelajaran Fiqih terhadap Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Jarak Jauh. Edureligia: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 05(01), 1–17.


D.  DOKUMENTASI


1. Disiplin Beribadah dan Mengaji Bersama


Disiplin beribadah dan mengaji


2. Disiplin Belajar 
percobaan

belajar TIK


3. Disiplin Membuang dan Mengolah Sampah










[ Modified: Wednesday, 8 February 2023, 2:38 AM ]